Senin, 19 Agustus 2013

menunggumu


Malam ini begitu dingin. Angin malam membisikan kerinduan ku kepadamu. iya sudah dua tahun tepatnya semenjak perpisahan kita saat itu. Sebenarnya kita tidak benar-benar memutuskan hubungan. Hanya saja aku dan kamu tidak saling berkomunikasi lagi. Kamu yang memilih untuk melanjutkan sekolah tentara. Saat itu aku mengerti dan aku yakin suatu saat kamu akan menjadi orang yang besar. Bukankah itu cita-citamu dari kecil? aku hanya bisa menunggu. menunggumu pulang seusai kegiatan mu selesai. 

Aku menutup jendela kamarku. Wajahku masih terasa dingin. Aku bergegas untuk mengambil wudhu. Aku tak pernah melewatkan doa untuk kamu, untuk kita. Hanya itu yang bisa ku lakukan. Aku kutip namamu dalam doaku. Seseorang dengan beratus-ratus kilometer jauhnya. Selama dua tahun ini aku menjaga hatiku, meskipun kita “tidak pernah berkomunikasi” selama ini. Kangen. Batinku membuncah rindu luar biasa. Merasakan kenangan kenangan itu hadir begitu membuatku meneteskan airmata. AKU MERINDUKAN KAMU!


Dulu, kamu bilang aku berhak untuk tidak menunggu kamu. Seraya mataku berair. Aku tidak ingin melepaskan kamu. Fisikmu boleh saja pergi tapi yang aku mau hatimu. Berkali-kali aku mengatakan kepadanya. Kali ini kamu mengenggam tanganku erat. Aku merasakan getaran yang hebat di tanganmu. Melewati tetesan air hujan yang lembut kita saling merasakan cinta. Aku yakin rasa ku hebat untukmu. Kamu merengkuhku begitu erat. Hangat. Mengucap kata-kata yang menambah keyakinan ku tentang itu. Aku melepas genggaman tanganmu. Membiarkan mu pergi untuk masa depan mu.

Kamu tau? Setiap kali aku ingat dulu kita sering mengkhayal tentang masa depan. Tentang cita-cita.  Kamu jadi tentara dan aku jadi dokter. Kini cita-cita kita sudah tercapai bukan? Kamu seorang tentara dan aku seorang dokter. Lucu memang ketika dulu kita mengkhayal tentang nama bulan, bintang, pelangi, mentari, angkasa. Bukan kah kamu ingin menginginkanku menjadi ibu dari mereka? Aku tersenyum getir ketika mengingat itu. Kita memang tidak lagi sama sekarang.
Aku membuka album foto-foto dimana kita pernah mengabadikan kenangan disana. Aku masih menyimpan nya. tanpa mu semua terasa tak sama. kisah yang ku jalani sungguh berbeda. Aku seperti orang yang kehilangan arah. Aku kehilangan kamu! Aku kira kamu cinta pertama sekaligus cinta terakhir. Tetapi Tuhan berkata lain. Dia mengambilmu terlebih dahulu, ketika aku telah sabar menunggu kepulangan mu. Tetapi kecelakaan pesawat telah memutuskan harapanku untuk bertemu denganmu. Aku menangis! Menangis sejadi-jadi nya untuk kamu – tunanganku.

Tepat malam ini setahun kepergian kamu. aku ikhlas. Tapi aku belum bisa mengatasi nya sendiri. Aku masih sering meneteskan airmata. Aku masih sering menganggap kamu ada. Kamu memang masih terpatri di hatiku. Selalu disisiku. Walau yang lain berkata tidak ada gunanya menangisi kamu yang telah pergi. Namun aku belum mampu melewati rangkaian nya tanpa kamu selama ini. Cintaku begitu hebat bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar