Sedimentasi
adalah suatu proses pemisahan suspensi secara mekanik menjadi dua bagian, yaitu
slurry dan supernatant. Slurry adalah bagian dengan
konsentrasi partikel terbesar, dan supernatant adalah bagian cairan yang
bening. Proses ini memanfaatkan gaya gravitasi, yaitu dengan mendiamkan
suspensi hingga terbentuk endapan yang terpisah dari beningan (Foust, 1980).
Proses sedimentasi dalam industri kimia banyak digunakan ,misalnya pada
proses pembuatan kertas dimana slurry berupa bubur selulose yang akan
dipisahkan menjadi pulp dan air, proses penjernihan air (water treatment),dan
proeses pemisahan buangan nira yang akan diolah menjadi gula.
Proses sedimentasi dalam dunia industri dilakukan secara sinambung dengan
menggunakan alat yang dikenal dengan nama thickener,sedangkan untuk
skala laboratorium dilakukan secara batch. Data-data yang diperoleh dari
prinsip sedimentasi secara batch dapat digunakan untuk proses yang
sinambung.
Proses sedimentasi dapat dilakukan dengan tiga macam
cara, yaitu :
1.
Cara Batch
Cara
ini cocok dilakukan untuk skala laboratorium, karena sedimentasi batch
paling mudah dilakukan, pengamatan penurunan ketinggian mudah.
2.
Cara Semi-Batch
Pada
sedimentasi semi-batch , hanya ada cairan keluar saja, atau cairan
masuk saja. Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa slurry yang masuk
atau beningan yang keluar.
3.
Cara Kontinyu
Pada cara ini,
ada cairan slurry yang masuk dan beningan yang dikeluarkan secara kontinyu.
Saat steady state, ketinggian tiap zona akan konstan.
Berdasarkan
konsentrasi dan kecenderungan partikel berinteraksi, proses sedimentasi terbagi
atas tiga macam:
1.
Sedimentasi TIpe I/Plain Settling/Discrete particle
Merupakan pengendapan partikel tanpa menggunakan koagulan. Tujuan dari unit
ini adalah menurunkan kekeruhan air baku dan digunakan pada grit chamber.
Dalam perhitungan dimensi efektif bak, faktor-faktor yang mempengaruhi performance
bak seperti turbulensi pada inlet dan outlet, pusaran arus lokal,
pengumpulan lumpur, besar nilai G sehubungan dengan penggunaan perlengkapan
penyisihan lumpur dan faktor lain diabaikan untuk menghitung performance
bak yang lebih sering disebut dengan ideal settling basin.
2. Sedimentasi Tipe II (Flocculant
Settling)
Pengendapan
material koloid dan solid tersuspensi terjadi melalui adanya penambahan
koagulan, biasanya digunakan untuk mengendapkan flok-flok kimia setelah proses
koagulasi dan flokulasi.
Pengendapan
partikel flokulen akan lebih efisien pada ketinggian bak yang relatif kecil.
Karena tidak memungkinkan untuk membuat bak yang luas dengan ketinggian
minimum, atau membagi ketinggian bak menjadi beberapa kompartemen, maka
alternatif terbaik untuk meningkatkan efisiensi pengendapan bak adalah dengan
memasang tube settler pada bagian atas bak pengendapan untuk menahan
flok–flok yang terbentuk.
3. Hindered Settling
(Zone Settling)
Merupakan
pengendapan dengan konsentrasi koloid dan partikel tersuspensi adalah sedang,
di mana partikel saling berdekatan sehingga gaya antar pertikel menghalangi
pengendapan paertikel-paertikel di sebelahnya. Partikel berada pada posisi yang
relatif tetap satu sama lain dan semuanya mengendap pada suatu
kecepatan yang konstan. Hal ini mengakibatkan massa pertikel mengendap sebagai
suatu zona, dan menimbulkan suatu permukaan kontak antara solid dan liquid.
Jenis
sedimentasi yang umum digunakan pada pengolahan air bersih adalah sedimentasi tipe satu dan dua, sedangkan
jenis ketiga lebih umum digunakan pada pengolahan air buangan.
Aplikasi utama dari sedimentasi pada instalasi
pengolahan air minum adalah :
- Pengendapan awal dari air permukaan sebelum pengolahan menggunakan saringan pasir cepat.
- Pengendapan air yang telah melalui proses koagulasi dan flokulasi sebelum memasuki unit saringan pasir cepat.
- Pengendapan air yang telah melalui proses koagulasi dan flokulasi pada instalasi yang menggunakan sistem pelunakan air oleh kapur-soda.
- Pengendapan air pada instalasi pemisahan besi dan mangan.
Sedimentasi
adalah suatu proses yang bertujuan memisahkan/mengendapkan zat-zat
padat atau suspensi non-koloidal dalam air. Pengendapan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan gaya gravitasi. Cara yang sederhana adalah dengan membiarkan padatan
mengendap dengan sendirinya. Setelah partikel-partikel mengendap, maka air yang
jernih dapat dipisahkan dari padatan yang semula tersuspensi di dalamnya. Cara lain
yang lebih cepat adalah dengan melewatkan air pada sebuah bak dengan kecepatan tertentu
sehingga padatannya terpisah dari aliran air dan jatuh ke dalam bak pengendap tersebut.
Kecepatan pengendapan partikel-partikel yang terdapat di dalam air bergantung
kepada berat jenis, bentuk dan ukuran partikel, viskositas air dan kecepatan aliran
dalam bak pengendap.
Pada umumnya proses Sedimentasi
dilakukan setelah proses Koagulasi dan Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk
memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam
dalam waktu lebih singkat. Setelah melewati proses destabilisasi partikel
koloid melalui unit koagulasi dan unit flokulasi, selanjutnya perjalanan air
akan masuk ke dalam unit sedimentasi. Unit ini berfungsi untuk mengendapkan
partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit
ini menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel koloid (biasanya
berupa lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Dalam bak
sedimentasi, akan terpisah antara air dan lumpur. Gabungan
unit koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi disebut unit aselator.
Alat
sedimentasi terdiri atas dua jenis, yaitu jenis bak pengendap segi empat (rectangular)
seperti terlihat pada Gambar 3, dan jenis lingkaran (circular) seperti terlihat
pada Gambar 4. Jenis segi empat biasanya digunakan untuk laju alir air yang besar,
karena pengendaliannya dapat dilakukan dengan mudah, sedangkan keuntungan alat
sedimentasi jenis lingkaran yaitu memiliki mekanisme pemisahan lumpur yang
sederhana.
Bak sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan flok-flok yang dibentuk pada
proses koagulasi dan flokulasi. Agar pengendapan yang terjadi pada bak
sedimentasi berjalan dengan baik, terdapat beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi menyangkut karakteristik aliran dalam bak sedimentasi yang akan
dibangun. Untuk mencapai pengendapan yang baik, bentuk bak sedimentasi harus
dibuat sedemikian rupa sehingga karakteristik aliran di dalam bak tersebut
memiliki aliran yang laminar dan tidak mengalami aliran mati (short-circuiting).
Bak sedimentasi pada umumnya terbuat dari konstruksi beton bertulang dengan
bentuk bulat maupun persegi panjang. Terdapat tiga konfigurasi utama untuk bak
sedimentasi, yaitu :
- Bak persegi panjang dengan aliran horizontal
- Bak sedimentasi dengan aliran vertikal
- Clarifier dengan aliran vertikal
Operasional dan Pemeliharaan
- Pengontrolan kondisi pengendapan flok pada tangki dilakukan dengan frekuensi 4 kali sehari. Proses pembentukan flok yang tidak sempurna pada proses koagulasi dan flokulasi mengakibatkan banyaknya flok kecil yang terbawa ke bak penyaring sehingga meningkatkan beban penyaring;
- Pengontrolan kualitas clarified water untuk memeriksa efisiensi bak pengendapan. Efisiensi pengendapan yang jelek mengakibatkan meningkatnya beban pengolahan pada unit filtrasi;
- Penyisihan schum, sludge yang mengapung dan pertumbuhan algae pada dinding tangki, baffle, dan lounders terutama pada musim panas;
- Pengontrolan beban permukaan dan flow rate melalui observasi visual dengan melihat ketinggian air pada weir pelimpah, bila debit air yang diolah terlalu besar maka muka air akan melebihi ketinggian weir loading;
- Pengurasan lumpur yang dilakukan pada clarified water secara otomatis dan manual menurut ketebalan lumpur yang dilakukan dengan menggunakan pompa penguras.
Daftar Pustaka
terimakasih infonya,sangat bermanfaat untuk refrensi tugas saya
BalasHapus