Kamis, 08 Maret 2012

cerpen " hidup adalah pilihan "


            Mentari muncul dari peraduannya. Rumput-rumput menyisakan embun dingin. Burung-burung dengan kicaunya yang riang meramaikan datangnya pagi di desa Wanaharja yang letaknya dipinggir kota. Di sebuah rumah kecil, tinggal  seorang ibu bersama anak perempuannya bernama Aina.
            Aina bersekolah di SMA favorit yang berada di kota, setiap hari Aina harus menempuh perjalanan ke sekolahnya yang jaraknya jauh dari rumahnya dengan menggunakan sepeda kesayangannya . Di sekolah Aina dikenal sebagai siswa berprestasi. Ia selalu menjadi juara kelas dan sering mengikuti beberapa perlombaan. Ia  juga tak pernah pamrih mengajari teman-temannya yang tidak paham tentang pelajaran. Tak heran jika Aina disukai banyak teman-teman dan guru-guru karena sifatnya yang ramah dan rajin.
            Hari ini adalah hari pengumuman hasil kelulusan. Semua orangtua siswa sedang menantikan amplop yang berisi kertas yang bertuliskan LULUS atau TIDAK LULUS beserta hasil nilai ujian anaknya. Sedangkan semua siswa kelas 3 menunggu dengan hati yang berdebar-debar, tak terkecuali Aina.
Setelah lama menunggu, akhirnya para orangtua keluar dari ruangan dengan membawa amplop itu dan memperlihatkan kepada anaknya. Lalu ada ibu guru yang mengumumkan untuk siswa dengan nilai tertinggi diraih oleh AINA ANGGREANI. Betapa bahagianya  bu Lasmi ketika nama anaknya disebutkan sebagai siswa berprestasi. Hari itu bu Lasmi yang seorang tukang jamu miskin merasa lebih terhormat daripada orangtua lain sekaya apapun mereka.
“makasih ya nak, ibu bangga punya anak seperti kamu” ucap bu lasmi dengan raut wajah yang bahagia.
“itu semua takkan terjadi tanpa doa dari ibu” kata Aina seraya memeluk tubuh ibunya. dengan airmata nya yang sudah terlanjur menetes sampai ke pipi. Bukan airmata kesedihan, melainkan sebuah airmata kebahagiaan. Tak sia-sia ia belajar selama 3 tahun di SMA ini dengan hasil jerih payah kerja ibunya
 
                             V
      
“Aina, kamu jadi mendaftar beasiswa kuliah itu?” tanya bu Lasmi kepada anak satu-satunya itu. Sambil menyiapkan botol-botol kaca untuk tempat jamu jualannya.
“Aina ragu bu, kalau misalnya Aina kuliah nanti ibu di rumah sendirian” jawab Aina. Mata itu menatap sosok ibunya yang  sudah menua. Dia tidak tega harus membiarkan ibunya hidup sendiri. Dari pagi sampai siang ibunya jualan jamu keliling sedangkan sore hari menjahit di rumahnya.
“lho? Kenapa ragu tho Nak, itu kan cita-cita mu, bukannya kamu ingin sekali mendapat beasiswa itu?” nada suara bu lasmi yang sedikit kecewa “ tidak usah mengkhawatirkan ibu , yang penting kamu bisa kuliah yang pinter, jadi orang sukses yang berguna untuk oranglain. Kalau kamu sukses, ibu juga seneng” lanjut bu Lasmi dengan sungguh-sungguh.
Aina mengangguk dan tersenyum “insyaAllah bu”. Tapi dihatinya masih tersimpan gundah.
                                   
                                                                                                       v                             

Akhirnya Aina memutuskan untuk mendaftar. Walaupun berat ia harus meninggalkan ibunya hidup sendiri, jika ia diterima. Namun  ada sebuah keinginan besar untuk meneruskan sekolahnya ke Universitas yang ia mimpikan. Ia selalu berdoa kepada Allah SWT agar selalu dimudahkan jalannya menuju cita-cita dalam hidupnya. 
                                            v   


Langit sore menampakan warna jingga yang kelabu. Matahari kembali sembunyi dibalik awan malam yang mendung. Lalu hujan pun turun dimulai dengan gerimis yang beradu. Yang memaksa sebagian orang untuk tidak beraktivitas di luar rumah.
Di  dalam rumah, Bu Lasmi sedang melakukan pekerjaan sampingannya yaitu menjahit dengan mesin jahitnya yang sudah tua. Itupun jika ada yang menawarkan jasa itu ke rumahnya. Tak jarang Aina membantu bu Lasmi menjahit dan membuat jamu.
“uhuk..uhuk..” bu Lasmi terbatuk-batuk.
“bu, ibu kenapa?” tanya Aina menatap ibunya dengan resah.
“tidak apa-apa Nak” jawab bu Lasmi “uhuk..uhuk” batuk bu Lasmi semakin parah saja.
“itu kan bu.. batuk ibu semakin parah, sebaiknya sekarang kita periksakan saja ya bu” bujuk Aina
“tidak perlu, ini cuma batuk biasa. Cuaca yang sering berganti-ganti itu memang musimnya banyak penyakit. Apalagi flu dan batuk” kata bu Lasmi meyakinkan Aina. Sebenarnya bu Lasmi memang merasakan ada yang tidak beres dengan pernafasannya yang sering sesak dan batuk. Tapi ia selalu menyembunyikannya dari Aina.
“tapi bu..” Aina menggenggam tangan ibunya.
“percaya sama ibu” ujar bu Lasmi berharap Aina dapat mengerti.

                                            v   
           
Aina menghela nafas panjang. Lewat jendela kamar, matanya mengawang pada langit malam yang dihiasi cahaya bintang. Tetapi suasana hati Aina tak seindah dengan apa yang terjadi seperti malam ini.
            “bagaimana mungkin aku meninggalkan ibu yang sedang sakit, tinggal sendirian di rumah ini” resah  Aina dalam hati. Ia keluar dari kamarnya. Dan mendapati ibunya yang masih menjahit.
            “ kok belum istirahat bu? Sudah malam bu, lebih baik diselesaikan besok saja” pinta Aina
            “tidak apa-apa, toh juga ibu sedang membuatkan mukena untukmu. Kalau pesanan untuk orang sudah jadi nduk” kata bu Lasmi diakhiri dengan senyuman.
            “untuk Aina bu?” tanyanya dengan senang hati.
            “ya Nak, ini hadiah untukmu dari ibu” jawab bu Lasmi dengan melanjutkan jahitan mukenanya yang sudah akan jadi.
            “terima kasih ya bu” ucap Aina dengan tersenyum “tapi.. Aina belum pasti diterima toh bu?” la merasakan kembali kegundahan hatinya.
            “optimis Nak, ibu yakin kamu pasti diterima. Besok hari pengumuman beasiswa itu tho?”.
“iya ibu.. bu, Aina sayang ibu”
            “ibu juga sayang Aina”
Aina menghampiri peluk ibunya.
Tapi tetap saja keraguan dan kegundahan masih menyelimuti hatinya. Di dalam hati kecilnya ada perasaan takut apabila ia diterima. Tapi ada perasaan kecewa apabila ia tidak terima.

                                            v   
             
Keesokan harinya. Seperti biasa, setiap pagi sampai siang bu Lasmi berjualan jamu keliling. Meskipun hasilnya tidak seberapa, namun pekerjaan itu tetap ia jalani dengan senang hati. Bu Lasmi biasa jalan kaki menyusuri rumah-rumah .
            “uhuk..uhuk” bu Lasmi menghentikan langkah kakinya. Karena batuk yang ia rasakan sudah semakin parah “uhuk..uhuk” batuknya lagi. Lalu diusapkan telapak tangannya ke mulut untuk menutupi suara batuk itu. Tapi begitu ia buka dan lihat, telapak tangannya sudah bercampur darah. Pandangannya mulai kabur. Kakinya kaku untuk dipaksa berjalan. Kepalanya semakin berat untuk merasakan apapun. Tubuh bu Lasmi  jatuh ke kerikil jalanan yang menurun. Malangnya, di pinggir jalan itu ada sebuah batu besar, dan kepala bu lasmi membentur batu itu.
                                            v   
           
Di tangan Aina sudah memegang sebuah amplop berisi surat pengumuman beasiswa Universitas itu.
“Apapun isi yang ada di dalam amplop ini aku harus terima. Karena itu memang sudah jalan yang Allah berikan kepadaku” bisik Aina dalam hati.
Dengan penasaran dan hati yang penuh harap. Aina membuka amplop itu dengan hati-hati. Pandangan matanya tertuju pada sebuah tulisan “DITERIMA”. Airmatanya menetes. Tak tahu apakah ia harus sedih atau senang. Tapi yang pasti ia harus segera pulang ke rumah dan memperlihatkan surat  itu kepada ibunya.
“ ibu pasti sangat bahagia mendengar kabar ini” Aina tersenyum dalam hati.

                                            v   

Begitu ia sudah sampai rumah, betapa terkejutnya ketika ia melihat banyak orang berada di rumahnya.
“ada apa ini, pak bu?” tanya Aina kepada para tetangganya itu dengan wajah yang tak mengerti. Lalu didapatinya tubuh ibunya tergeletak tak sadarkan diri.
“Aina, ibu kamu jatuh pingsan di jalan dan kepalanya terbentur batu” tutur bu Rina seorang Dokter di puskesmas desa tempat tinggal Aina.
“dan ibumu tidak bisa diselamatkan” lanjut bu Rina dengan mata yang berkaca-kaca.
Aina tersontak kaget mendengar apa yang baru saja diucapkan bu Rina. Ia langsung memeluk tubuh ibunya yang sudah tak bernyawa lagi. Airmata kesedihan yang kini menetes dari mata Aina. Dia kehilangan sosok panutan dalam hidupnya yaitu bu Lasmi.

                                            v   

1 komentar:

  1. ~~~~ Bagi Seorang Anak Mari Kita Banggakan Orang Tua Dengan Hasil Kerja Kita Sendiri~~~~~~~~

    Bisnis lokal yang paling BOOMING:
    Terbukti, hanya dlm waktu 175 hari, member telah lebih dari 377.866 orang

    http://indoboclub.com/?ref=zkr2

    Dahsyat!!
    - INI GRATIS ~~~~~~~
    - Mempunyai 2 sistem utama: Plan GRATIS & Plan INVESTASI
    - Withdrawal bisa ke PM, Bank Lokal, dan Pulsa
    - Web semakin AMAN dengan HTTPS/SSL 256 bit
    - Komunikasi langsung dgn Admin via SMS/Call/FB
    - Invest minimal $0.5 via PM, EgoPay, Payza, & Bank Lokal
    - Profit 2% x 100 hari + Profit extra
    - Compound minimal $0.5
    - WD INSTANT ke PM minimal $0.02 (cuma butuh waktu 3 detik)
    - WD ke Bank Lokal minimal $20 (kurs $1 = Rp 9.700)
    - WD dgn Pulsa HP dengan harga dibawah standar pasar
    - Tersedia fitur IBC MOBILE, website versi HP
    - Jika Ingin Lebih Jelass Lgi Kunjungi Blog saya Di
    http://kesuksesantergantunganda.blogspot.com
    - Terima Kasihh

    BalasHapus