“ aku seperti seseorang yang tersesat di dalam kegelapan dan kebingungan mencari jalan pulang. Lalu, sosokmu datang mengantarkanku menuju cahaya terang”
Sore hari, teras rumah berpagar biru,
Rumus reaksi asam basa masih segar melekat di otakku. Dua orang temanku dan setumpuk buku kimia menemani ku di sore yang cerah ini. Tapi tidak secerah warna hati ku saat ini. Sendu. Hingga aku paksakan rumus-rumus itu masuk ke dalam otakku. Lalu sesaat kemudian, dering handphone ku yang jelek itu berbunyi. “pesan singkat dari nomer yang tak ku kenal, dari orang yang aku tau siapa dia”
Entah mengapa saat itu di bibirku tercipta guratan senyum. Mengapa bisa dia begitu cepat merubah warna ku saat itu. Mengapa?
Seminggu setelah kedatangannya,
Tak sadar akupun senang melihat pesan singkatnya memenuhi memory pesan di handphone ku. Bahasa dan tulisan pesan singkatnya mulai aku kenali. Dan aku mulai dibuat candu olehnya karena aku terlalu sering untuk tersenyum-senyum sendiri melihatnya. Melihatnya. Ya, hanya melihatnya. Melihatnya dari kejauhan. Memandangi matanya yang sering kali tak sengaja bertatapan dengan mataku yang sedang mencari sosoknya di sekeliling sekolah. Sosoknya yang tak aku mengerti. Sosoknya yang tak bisa ku raih. Sosoknya yang tak bisa aku tatap matanya secara dekat. sosoknya yang belum pernah berbagi suara denganku. Sosoknya yang tak tersentuh tapi terlihat. Sosoknya yang tak terdengar tapi terasa. Sosoknya yang hanya bisa memamerkan senyumnya. Hingga aku tak dapat mengartikan isyarat apa dari senyum nya yang ditujukan untukku. Ya, untukku. Hingga aku seringkali mencari tau apakah ada seseorang dibalikku. Lucu. Tapi sulit untuk digubris. Dan ketika jantungku berdetak lebih cepat saat bertemu dengannya. Diam-diam aku memperhatikan gerak-geriknya yang memang tak pernah tersentuh oleh jemariku. Memperhatikan wajahnya yang sering kali terbayang saat aku baca pesan singkatnya. Aku sering bertanya-tanya bagaimana bisa aku begitu ingin memperhatikannya? Hingga aku tak tau apa aku terlalu pintar atau terlalu bodoh untuk menanyakan hal seperti itu.
Diujung gerimis yang menantikan pelangi,
Entah sajak-sajak apa yang bisa mewakili perasaanku saat ini. Pengungkapan nya yang ku rasa absurd. Pengakuannya yang maya. Pengakuannya yang Aneh. Pengakuan melalui tulisan dari guratan jari-jarinya yang mungkin tak bisa diucapkan lewat bibirnya. Dan aku tak tau apakah tulisan itu bersumber pada hati nuraninya? Entah. Tetapi, mengapa Pengakuannya yang sekejap memaksa detak jantungku berdetak lebih cepat? Apa itu artinya aku juga cinta? Ah, Tidak..tidak.. aku tidak mungkin berkata aku mencintainya secepat ini. Tapi apa artinya aku selama ini, mantra apa yang dia berikan hingga aku merasa aneh, hingga aku mulai suka semua caranya yang ditunjukan padaku, hingga aku mulai suka semua tentangnya.
Untuk seseorang yang seenaknya hadir
tetapi mampu menghapus luka
Dari seseorang yang meragu
haruskah aku ungkapkan perasaanku padamu?
bersambung ke untuk KAMU yang ku sebut DIA ( part II )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar